long distance family
"Jarak yang Memisahkan"
aku dan adik ku tumbuh tanpa kehadiran langsung orang tua kita. Abah ku bekerja di luar kota, sementara mama ku berada di luar negeri. Sejak kecil, kita diasuh oleh nenek—sosok yang selalu berusaha memberikan kehangatan di tengah kekosongan yang ada.
Setiap hari, aku berusaha menjalani hidup seperti remaja lainnya. Sekolah, , jalan kaki bareng teman-teman, main Mobile Legends, dan menjalani diet yang sedang ia tekuni. Tapi di balik semua itu, ada rasa sepi yang sulit dijelaskan. Kadang aku iri melihat teman-temannya yang bisa langsung bercerita pada orang tua mereka saat ada masalah, sedangkan aku hanya bisa mengandalkan telepon atau chat yang sering terasa hambar karena jarak.
Adik ku juga butuh perhatian, dan aku merasa punya tanggung jawab untuk menjadi sosok yang bisa diandalkan. Meski begitu, aku juga manusia—kadang lelah, kadang ingin dimanja, tapi tak tahu harus ke siapa. Nenek memang selalu ada, tapi tetap saja rasanya berbeda.
Hari-hari terus berjalan, dan aku mulai terbiasa dengan keadaan ini. Meski jauh, aku tahu abah dan mama ku tetap peduli. Mungkin ini bukan kehidupan yang aku inginkan, tapi aku belajar untuk kuat. Karena di balik semua kesulitan, ada harapan bahwa suatu hari nanti, keluarga aku bisa berkumpul lagi tanpa ada jarak yang memisahkan.
aku dan adik ku tumbuh tanpa kehadiran langsung orang tua kita. Abah ku bekerja di luar kota, sementara mama ku berada di luar negeri. Sejak kecil, kita diasuh oleh nenek—sosok yang selalu berusaha memberikan kehangatan di tengah kekosongan yang ada.
Setiap hari, aku berusaha menjalani hidup seperti remaja lainnya. Sekolah, , jalan kaki bareng teman-teman, main Mobile Legends, dan menjalani diet yang sedang ia tekuni. Tapi di balik semua itu, ada rasa sepi yang sulit dijelaskan. Kadang aku iri melihat teman-temannya yang bisa langsung bercerita pada orang tua mereka saat ada masalah, sedangkan aku hanya bisa mengandalkan telepon atau chat yang sering terasa hambar karena jarak.
Adik ku juga butuh perhatian, dan aku merasa punya tanggung jawab untuk menjadi sosok yang bisa diandalkan. Meski begitu, aku juga manusia—kadang lelah, kadang ingin dimanja, tapi tak tahu harus ke siapa. Nenek memang selalu ada, tapi tetap saja rasanya berbeda.
Hari-hari terus berjalan, dan aku mulai terbiasa dengan keadaan ini. Meski jauh, aku tahu abah dan mama ku tetap peduli. Mungkin ini bukan kehidupan yang aku inginkan, tapi aku belajar untuk kuat. Karena di balik semua kesulitan, ada harapan bahwa suatu hari nanti, keluarga aku bisa berkumpul lagi tanpa ada jarak yang memisahkan.